Resignku Ketika Berada Di Titik Ekonomi Terendah
Sebelum kalian membaca postingan ini, berjanjilah terlebih dahulu pada diri kalian sendiri bahwa tidak akan men-judge atau ikut menilai berdasarkan sudut pandang kalian, sebab hanya dengan goresan pena ini saya sanggup mengobati sedikit luka yang saya alami selama ini. Tulisan ini merupakan self-healing ku untuk mengatasi depresiku yang selama ini saya alami, kita mempunyai kadar kemampuan yang berbeda dalam mendapatkan suatu masalah, ada yang kuat, ada yang lemah. Menurutku itu semua bukan hanya tergantung dari kepercayaan yang dimiliki seseorang, tapi bagaimana dia tumbuh dan di lingkungan ibarat apa dia dibesarkan.
Pertama-tama saya akan memperkenalkan terlebih dahulu diri aku, bagaimana sifat dasar, di lingkungan ibarat apa saya tumbuh, dan dimana saya bekerja. Aku anak pertama dari 3 bersaudara (laki-laki dan perempuan), saya mempunyai sifat yang super sensitif, tidak percaya diri/minderan, keras kepala, perfectionis, dan tidak enakan.
Aku tumbuh di lingkungan keluarga yang adikara dan tidak mendapatkan masukan khususnya dari anak, sebab peraturan pertama di keluargaku yakni "orang bau tanah tidak pernah salah", selama hidup saya tidak pernah komplain sedikitpun akan hal tersebut sebab menurutku itu benar, dalam agamapun dianjurkan untuk anak tidak melawan orang tua. Jangankan menerima belaian kasih sayang, dipeluk pun terakhir kali dikala saya masih sangat kecil, itu pertanda adanya tembok penghalang besar yang dibentuk oleh mereka, itu artinya saya tidak terlalu akrab dengan mereka. Selama ini banyak dongeng duka yang mustahil saya tulis disini hingga hal-hal tersebut membentukku menjadi langsung ibarat ini hingga kini dan sulit diubah.
Singkat cerita, saya masuk sebuah universitas negeri yang ada di Banjarmasin di Fakultas Pendidikan Guru atas dasar pilihan orang bau tanah pula, bekerjsama saya tidak berniat menjadi guru sama sekali, tapi sekali lagi orang bau tanah tidak pernah salah dan saya pegang prinsip ini dan yakin saya akan sukses dikemudian hari ibarat mereka yang berstatus PNS.
Aku lulus pada tahun 2011, agak terlambat dari teman-teman yang lain sebab skripsiku yang bermasalah dan saya harus mengulang 6 bulan lagi. Setelah lulus, dalam beberapa bulan saya sudah menerima kerja berkat info dari salah satu temanku, tepatnya di salah satu sekolah swasta di pinggiran Kota Banjarmasin, bukan sekolah favorit atau terkenal. Gaji pertama yang saya sanggup disana dengan mengajar beberapa kelas sekitar Rp.130.000 per bulan, dan saya bertahan dengan nominal honor tersebut selama kurang lebih 1 tahun, sekali lagi saya mendapatkan pekerjaan disana atas dasar dorongan dari orang tuaku.
Setiap hari saya menempuh perjalanan bolak balik sekitar 40 km lebih dengan medan yang sangat macet dikala pagi maupun siang hari sesudah pulang sekolah, tiap hari harus mengisi bensin minimal 1 liter sehari, dulu harga bensin sekitar Rp, 7.000. Saking macetnya tiap hari saya pulang dengan kaki yang parises dan itu sangat sakit. Memasuki tahun kedua saya diangkat menjadi kepala TU menggantikan kepala TU yang resign, segelintir yang saya dengar, ia resign sebab istri yang sakit-sakitan dan sudah mulai tidak nyaman bekerja di sekolah itu.
Saat itu saya menjabat sebagai kepala TU di honor Rp. 250.000 dengan segala pekerjaan dan tanggung jawab yang seabrek pekerjaan administrasi, bahkan semua pekerjaan yang berafiliasi dengan komputerpun masuk ke ranah pekerjaan yang harus saya kerjakan juga, ibarat print RPP guru lain, mengurus ijasah, input nominasi, mencatat bayaran atribut siswa, menjual lambang ke siswa, mengurus pencairan dana KIP siswa, hingga ikut membantu menuntaskan laporan BOS, menjadi pengawas harian yang kadang dilakukan 2x seminggu dari jam 07.00 - pulang sekolah.
Setahun berlalu saya mulai mencicipi ketidaknyamanan, bila kalian pernah menonton atau membaca buku My Stupid Boss, kalian bisa membayangkan bagaimana kerasnya pekerjaan yang sanggup dengan slogan "Miracle We Try, Impossible We Do". Bukan hanya sebatas kekonyolan ibarat di film atau di bukunya, tapi sudah memasuki tahap "Dzalim", dimana banyak pekerjaan yang saya kerjakan yang seharusnya menerima honor pemanis ibarat menjadi panitia ulangan semester (1 & 2), try out (3x dalam setahun), Ujian Nasional, dan lain-lain yang mana hanya saya sendiri yang menyiapkan segala berkas dan pengetikan keperluan ulangan tersebut tidak pernah dibayarkan lagi selama beberapa tahun. Badan lelah, sakit, uangpun tak ada.
Aku lupa semenjak tahun berapa honor sebagai Kepala TU ku dinaikkan menjadi Rp. 500.000 per bulan dengan syarat saya ikut membantu keperluan pelaporan Dana BOS atau menghadiri sosialisasi yang berafiliasi dengan BOS, dan dikala itu saya sudah berumah tangga. Gajiku yang ditambah dengan honor suamiku tak pernah cukup menutupi keperluan sehari-hari, beruntungnya saya menerima pemanis uang dari hasil menjadi seorang blogger/influencer/buzzer, apapun itu, saya kerjakan sesudah pulang dari bekerja dengan sisa-sisa tenaga yang ada. Kelelahan yang ditambah dengan stress bawaan kantor, ditambah pekerjaan luaran yang menciptakan badanku sering tumbang alias sakit. Selain itu, mentalku pun ikut bermasalah, saya menjadi labil dan sering histeris akan sesuatu, rasa kurang percaya diri yang makin tajam, dan otak yang tak pernah berhenti berfikir. Aku selalu takut akan komentar atau pikiran jelek orang lain terhadapku sebab saya terbiasa tumbuh dengan kemarahan, ketakutan bila melaksanakan sebuah kesalahan.
Namun, saya sangat beruntung mempunyai mertua yang luar biasa sangat baik, ipar-ipar yang sangat baik denganku, mama mertua yang selalu perhatian dengan ku dikala saya jatuh sakit dengan berbagi makanan-makanan enak, membelikan baju dan lain-lain, abah mertua pun juga ibarat itu, sering memberiku camilan manis untuk sarapan. Aku benar-benar terharu dengan segala kebaikan yang mereka berikan selama ini. Sekalipun mereka tak pernah murka denganku, dengan sikapku ibarat ini seorang anak yang jauh dari kata berbakti. Mereka mempunyai pikiran yang terbuka, demokratis terhadap anak-anak.
Oke, singkat dongeng lagi, akhir-akhir ini saya makin merasa ketidaknyamanan bekerja di kantor, sebab banyak hal, khususnya ibarat setiap mendapatkan honor sebanyak Rp. 500.000 tersebut, seakan-akan saya tidak layak mendapatkan hasil jerih payah keringatku sendiri yang bekerjsama seharusnya lebih dari nominal tersebut, banyak pula yang meremehkan pekerjaan ku disana dan karenanya membuatku mengalami tak bisa tidur tiap malam sebab perasaan yang tidak tenang, sering mengalami migrain sebab fisik terlalu lelah.
Oh iya, saya lupa dongeng kalau saya mempunyai kista sebesar 8cm (terakhir periksa sekitar hampir 2 tahun yang lalu) disebelah kanan, saya tak tau apakah ada kolerasinya antara kelelahan dan stress terhadap penyakit ini, sebab setiap saya mengalami kedua hal tersebut, kista tersebut juga terasa nyeri banget. Beberapa bulan terkahir printer kantorku rusak dan harus print ke lab komputer yang posisinya paling belakang sekolah, sedangkan kantorku ada dipaling depan, dalam sehari mungkin minimal saya 4-5 kali bolak balik kantor-lab untuk mem-print sesuatu ditambah menaiki/menuruni beberapa anak tangga.
Hal tersebut menciptakan tenagaku semakin banyak terkuras yang menjadikan kelelahan dan menciptakan stress ku meningkat, gampang emosi dan sering sakit. Tapi hal tersebut masih tidak ada apa-apanya dibandingkan sakit di hati sebab sering disindir, dimarahi, dan lain sebagainya selama bertahun-tahun dan dianggap tidak pernah membantu sekolah dengan banyaknya pekerjaan yang telah saya kerjakan setiap harinya.
Sering terlintas dipikiran, ingin pergi ke psikiater untuk sanggup memulihkan mental ku ini, sebab bila hanya bercerita dengan orang lain saja belum tentu mengerti dan bahkan seringkali meremehkan, menyampaikan bahwa beban hidup mereka lebih berat dari yang saya tanggung dikala ini. Hal tersebut bahkan tidak membantuku sama sekali untuk merasa lebih baik sebab tidak cuma problem di kantor yang saya hadapi tapi juga keluarga ku dan tanggung jawabku sebagai anak pertama yang tak mungkin saya ceritakan disini yang juga menguras tenaga dan emosiku. Tak banyak sahabat yang saya punya sehingga saya seringkali sulit menyesuaikan diri dengan orang lain atau mencocokkan obrolanku dengan orang lain ditambah rasa kurang percaya diriku, apakah mereka bahagia atau tidak menyukaiku.
Berani tak berani saya bisa mengambil keputusan untuk resign dari pekerjaan tersebut dengan segala pertimbangan dari segi kesehatan jiwa dan mentalku, mungkin saya akan kekurangan uang dan dikala ini keadaan ekonomi keluarga kami sangat jauh dari kata stabil, tapi jiwaku akan lebih hening dari sebelumnya, mempunyai tidur yang berkualitas, dan lain-lain. Resign ini tak pertanda bahwa saya benar-benar berhenti bekerja, saya akan tetap bekerja tapi hanya di rumah menekuni pekerjaan ku sebagai blogger, ibarat dikala ini yang saya lakukan. Aku pikir, untuk apa saya bertahan pada pekerjaan yang tidak pernah mengijinkanku untuk berkembang, tidak sesuai passion, dan tidak memperlihatkan jenjang karir yang pasti, dan saya sudah kurang lebih 9 tahun bekerja disana. Mudah-mudahan Allah memperlihatkan jalan rejeki yang luas dalam pekerjaan ku ini.
Oh iya, orang bau tanah ku tak ada yang tau dikala saya mengambil keputusan ini, sebab saya yakin kalau saya cerita, saya yang akan dimarahi tanpa menanyakan kondisi mentalku yang sebenarnya, sebab selama 30 tahun saya hidup saya tak pernah curhat dengan orang tua. 😊
Dan satu lagi, kenapa saya tak pernah membicarakan atau memberitahu perihal rate card yang saya sepakati dengan merk terkait campiagn kepada sesama teman-teman blogger, sebab saya terkadang mendapatkan rate rendah sekalipun yang kalian anggap itu rate yang merusak pasaran blogger, saya tak mau mengakibatkan sebuah opini atau spekulasi teman-teman, kini kalian tau kan alasannya? selama saya dibayar, asalkan itu halal dan tak memberatkanku, saya akan terima 😊
Sumber https://www.shovya.com/
Oh iya, orang bau tanah ku tak ada yang tau dikala saya mengambil keputusan ini, sebab saya yakin kalau saya cerita, saya yang akan dimarahi tanpa menanyakan kondisi mentalku yang sebenarnya, sebab selama 30 tahun saya hidup saya tak pernah curhat dengan orang tua. 😊
Dan satu lagi, kenapa saya tak pernah membicarakan atau memberitahu perihal rate card yang saya sepakati dengan merk terkait campiagn kepada sesama teman-teman blogger, sebab saya terkadang mendapatkan rate rendah sekalipun yang kalian anggap itu rate yang merusak pasaran blogger, saya tak mau mengakibatkan sebuah opini atau spekulasi teman-teman, kini kalian tau kan alasannya? selama saya dibayar, asalkan itu halal dan tak memberatkanku, saya akan terima 😊
Comments
Post a Comment