Kepergian Ayah Ialah Kehilangan Terbesar Bagi Anak Perempuannya
Ayah, yaitu sosok penting bagi seorang anak. Tak hanya sebagai tulang punggung keluarga, Ayah yaitu sumber cinta keluarga. Cintanya tak kalah besar kendati jarang diungkapkan. Setiap tetes keringatnya ketika mencari nafkah bagi keluarga yaitu wujud cinta yang tak terbantahkan.
Ayah, menjadi begitu lekat bagi kehidupan anaknya. Apalagi bagi anak perempuan, Ayah menjadi cinta pertama. Dari ayah lah datangnya cinta pertama. Ayah lah yang pertama kali memeluk penuh kehangatan. Tak jarang, Ayah menjadi sosok panutan dalam mencari pasangan kelak. Ya, banyak anak permpuan yang ingin punya pasangan hidup menyerupai ayahnya. Begitu juga saya. Sedari kecil aku ingin jikalau nanti dapat punya suami yang penyayang menyerupai ayah.
Kedekatan aku dengan ayah sangatlah erat. Ayah yaitu fans terbesar saya. Ayah yang selalu mendukung setiap impian saya. Kami pun mempunyai hobi yang sama : membaca dan menulis.
Setiap malam sebelum tidur, ayah selalu membacakan dongeng. Tak hanya dari buku kisah tetapi juga menceritakan banyak sekali dongeng masa kecilnya. Saat bercerita, terkadang ayah juga suka bernyanyi. Nyanyian yang paling aku ingat yaitu :
" Kulihat awan seputih kapas. Ara berara di langit luas. Ingin rasanya terbang kesana, akan kuambil ku bawa pulang " (semoga aku tak salah ingat dengan lirik lagu ini, hehe).
Ayah juga sering mengajak aku bepergian. Kami pergi berdua saja. Menikmati quality time antara ayah dan anak perempuannya. Toko buku, museum dan ice cream store yaitu tempat-tempat favorit kami. Terkadang ayah juga mengajak ke daerah seru, contohnya ketika ayah membawa aku ke pelabuhan. Kala itu kami tak punya rencana bepergian. Tapi demi memperlihatkan aku pengalaman wacana pelabuhan dan kapal, aku diajaknya nail kapal ferry menyebrang dari Surabaya ke pulau Madura. Tak punya tujuan, hanya bolak-balik mencicipi menyebrangi selat madura.
Ayah yang mendorong aku untuk suka membaca. Sedari kecil selalu ada materi bacaan yang diberikannya. Uniknya, ia selalu menyesuaikan materi bacaan yang diberikan dengan usia saya. Misalnya, ketika masih SD aku diberikan langganan majalah anak. Mulai dari majalah Bobo dan Mentari Putera Harapan. Lalu saay remaja, majalahnya diganti Gadis, Kawanku dan Aneka Yes. Saat duduk di kursi kuliah, dibawakannya majalah Tempo dan Intisari.
Tak kan pernah habis bila berbicara wacana kenangan bersama ayah. Kedekatan ayah dengan anak wanita itu sangat erat. Maka ketika ayah pergi, seakan dunia itu ikut pergi.
Seperti itu yang aku rasakan. Tepat di pergantian tahun, 1 Januari 2009 ayah pergi untuk selamanya. Kepergian ayah menjadi kehilangan terbesar dalam hidup saya. Rasanya, lebih sakit dari patah hati ditinggal pacar.
Tak ada lagi sosok teman diskusi. Tak ada lagi nasehat-nasehat bijak. Dan tak ada lagi program makan es krim berdua. Ayah bahkan tak ada di dua momen berharga dalam hidup saya. Saat wisuda dan ijab kabul. Ah, kesedihan itu semakin terasa.
Tapi aku yakin, Allah memang sudah menggariskan takdir terbaik. Mengambil ayah di ketika yang tepat. Kepergian ayah yaitu pembebasan kesakitannya. Ayah tak lagi menderita dengan sakitnya.
Kebersamaan selama 22 tahun menjadi waktu yang berharga. Penuh kenangan yang tak akan terlupakan. Kini hanya doa yang dapat aku berikan. Semoga ayah senang dalam kehidupan barunya. Terimakasih ayah, atas setiap kenangan yang kamu berikan. Cintamu memang tak terbatas.
#BloggerPerempuan
#BPN30dayChallenge
#day25 Sumber http://www.deestories.com/
Comments
Post a Comment