Yuk Cegah Stunting Dari Rumah!




Stunting atau kerdil yaitu terhambatnya proses tumbuh kembang anak yang ditandai dengan tinggi tubuh berbanding usia di bawah rata-rata berdasarkan Standar Pertumbuhan Anak WHO. Stunting bukanlah sebuah kelainan genetik. Stunting terjadi akhir malnutrisi atau kekurangan gizi dan nanah berulang (diare) pada anak usia dini. Bahkan stunting bisa terjadi dikala anak dalam kandungan, lantaran ibu kekurangan gizi.

Stunting, selain menghambat pertumbuhan fisik juga berkaitan dengan perkembangan otak. Tinggi tubuh rendah pada jadinya menyebabkan rendahnya produktivitas, ini kemudian bisa menyebabkab rendahnya penghasilan. Wah ternyata stunting juga mengancam kemakmuran suatu bangsa ya. Apa jadinya jikalau sebagian besar bawah umur di suatu Negara mengalami stunting? Pasti Negara tersebut akan menjadi Negara dengan penghasilan rendah. Stunting ini tidak bisa diobati, tapi bisa dicegah. Dengan mengoptimalkan 1000 hari pertama kehidupan bayi.

Definisi Stunting
Stunting didefinisikan jikalau balita mempunyai nilai Z-score kurang dari -2SD (standar deviasi). Z-score yaitu hasil dari ukuran tinggi tubuh berdasarkan usia berdasarkan standar baku WHO. Standar ini diukur dari anak usia 2 hingga 5 tahun. Adapun jenis stunting ada dua :
a. Stunted                        : balita dengan nilai Z-score kurang dari -2SDS
b. Severy Stunted             : balita dengan nilai Z-score kurang dari -3SD

Cara memastikan apakah anak kita termasuk stunting atau tidak, lihat grafik pertumbuhannya. Gunakan grafik pertumbuhan standar WHO. Dimana untuk anak pria dan wanita mempunyai grafik yang berbeda.



Gambar diatas yaitu grafik pertumbuhan tinggi tubuh WHO untuk anak wanita usia 2-5 tahun. Garis warna hijau memperlihatkan rata-rata tinggi tubuh anak seusianya. Bila tinggi tubuh anak kita berada di bawah garis merah -2, berarti anak kita mengalami stunting atau perawakan pendek.
Berdasarkan grafik pertumbuhan WHO, rata-rata tinggi tubuh anak wanita usia 2 tahun yaitu 95-103 cm.

Kondisi Stunting di Indonesia



Berbicara ihwal stunting di Indonesia, hasilnya kurang menggembirakan. Berdasarkan hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) 2016, prevelensi stunting di Indonesia mencapai hasil 27,5 %. Angka ini menujukkan bahwa secara nasional problem stunting di Indonesia tergolong kronis. Sebab berdasarkan WHO, masalah kesehatan masyarakat sanggup dianggap kronis jikalau prevalensi stunting lebih dari 20 persen. Apalagi dalam infografis diatas, ada 14 propinsi yang mempunyai angka prevalensi lebih dari 20. Berarti di Indonesia 1 dari 3 anak mengalami stunting.




Tentunya permasalahan stunting ini harus segera ditangani. Bila tidak maka puncak bonus demografi Indonesia pada 2030 akan terbuang sia-sia. Hal ini dikarenakan, hingga 2017 kasus stunting kembali meningkat. Stunting sanggup menyebabkan anak mengalami kemampuan kognitif tidak maksimal yang disertai perkembangan fisik terhambat. Kondisi rendahnya kapasitas intelektual anak sanggup menurunkan daya saing dan kualitas sumber daya insan (SDM) Indonesia di masa depan. Selain menjadi bahaya bonus demografi, stunting juga memperlihatkan pengaruh negatif terhadap perekonomian Indonesia. Kasus stunting ini berpotensi merugikan PDB Indonesia hingga Rp 300 triliun per tahunnya.

Cegah Stunting
Seperti klarifikasi diawal tadi, stunting tidak bisa diobati tapi bisa dicegah. Pencegahan stunting dioptimalkan pada dikala 1000 hari pertama perkembangan anak. Ketua Positive Deviance Resource Centre (PDSC) Universitas Indonesia, Prof. Dr. Endang L Anhari Achad, MPH, Dr. PH menyatakan bahwa stunting sudah bisa dideteksi semenjak masa kehamilan. Kunci pencegahan stunting bisa dimulai pada 270 hari pertama atau Sembilan bulan dalam kandungan hingga anak berusia 2 tahun. Pencegahan stunting menjadi fokus perhatian pemerintah. Di Indonesia, pencegahan stunting dilakukan lintas sektor. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI telah melaksanakan intervensi gizi spesifik mencakup suplementasi gizi makro dan mikro (pemberian tablet tambah darah, Vitamin A, taburia), dukungan ASI Eksklusif dan MP-ASI, fortifikasi, kampanye gizi seimbang, pelaksanaan kelas ibu hamil, dukungan obat Cacing, penanganan kekurangan gizi, dan JKN untuk mencegah stunting.

Lalu apakah yang bisa kita lakukan di rumah untuk mencegah stunting? Pencegahan stunting bisa dilakukan dari rumah. Bahkan rumah merupakan daerah pertama untuk bisa mencegah stunting. Ada tujuh langkah sederhana yang bisa dilakukan di rumah untuk mencegah stunting.

1. Menjaga Asupan Gizi Selama Kehamilan
Pastikan dikala hamil selalu mengkonsumsi masakan bergizi dan sehat. Hindari masakan yang mengandung msg, jangan gampang termakan dengan masakan cepat saji. Jangan lupa untuk selalu memeriksakan kehamilan di sentra layanan kesehatan. Pantau perkembangan janin dari waktu ke waktu.

2.  Menyusui
Menyusui secara langsung selama enam bulan yaitu cara termudah dan termurah untuk mencegah stunting




Sebagaimana disampaikan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Prof. Dr. dr. Nila Farid Moeloek, Sp.M(K), pada Puncak Peringatan Pekan Asi Sedunia (PAS) tahun 2018. ASI mengandung banyak sekali zat gizi yang diperlukan oleh bayi, sehingga tidak menderita malnutrisi yang bisa menyebabkan stunting




Selain itu ASI memperkuat daya tahan tubuh dari banyak sekali penyakit dan nanah penyebab stunting.

3. Rajin ke Posyandu





Setiap bulannya jangn lupa membawa anak ke posyandu atau kemudahan kesehatan lainnya. Pantau tumbuh kembangnya dari tiga indicator utama ; tinggi badan, berat tubuh dan lingkar kepala. Jangan lupa untuk melaksanakan imunisasi semoga anak terhindar dari banyak sekali jenis penyakit.

4. Menjaga Kebersihan Rumah
Menjaga kebersihan rumah juga menjadi upaya mencegah stunting. Biasakan untuk selalu membuang sampah pada tempatnya. Bila perlu kelolah sampah dengan baik. Memilah sampah organik dan anorganik. Olah sampah organic menjadi kompos, sehingga sampah mempunyai nilai tambah.

5.  Sanitasi yang Baik
Melalui sanitasi yang baik anak akan terhindar dari bahaya penyakit infeksi. Biasakan untuk selalu mencuci tangan sebelum makan dan setelah dari toilet. 





Selalu basuh tangan pakai sabun dan air mengalir, serta tidak buang air besar sembarangan.

6. Pemenuhan Gizi Seimbang




Seperti telah dijelaskan sebelumnya, pencegahan stunting dimulai pada 1000 hari pertama kehidupan anak. Maka pemenuhan gizi seimbang dilakukan dikala anak mulai MPASI (Makanan Pendamping ASI) yang dimulai dikala anak berusia 6 bulan. Berikan MPASI yang sesuai dengan anutan gizi seimbang. Pastikan sajian MPASI anak terdiri dari sajian 4 bintang : karbohidrat, sayur, lauk pauk dan buah.




Dalam sehari pastikan mencukupi kebutuhan air sebanyak dua liter. Minum air putih sebanyak 8 gelas setiap harinya. Air putih baik dan sehat bagi tubuh, selain itu juga mencegah dehidrasi.





7.  Gaya Hidup Sehat




Langkah terakhir mencegah stunting adalah melaksanakan gaya hidup sehat. Gaya hidup sehat selalin memakan masakan gizi seimbang, juga dilakukan dengan melaksanakan kegiatan fisik secara rutin. Lakukan olahraga secara rutin. Kelola stress dengan baik, dengan rutin main bersama dengan semua anggota keluarga bisa menjadi sarana melepaskan stres.

Demikian tujuh langkah yang bisa dilakukan di rumah untuk mencegah stunting. Yuk, cegah stunting sedini mungkin, semoga masa depan bangsa jadi gemilang. 





Sumber http://www.deestories.com/

Comments

Popular posts from this blog

Harus Tau !! Inilah 4 Penyakit Berbahaya Akibat Keseringan Makan Mie Instan

Inilah Perbedaan Signifikan Xiaomi Mi Grup Musik 2 Dan Xiaomi Mi Grup Musik 3

Download Ebook pdf Metode Dan Aneka Teknik Analisis Bahasa